Jumat, 12 April 2013

Nematoda Rotylenchulus



MAKALAH
NEMATOLOGI
Perusak Akar (Nematoda Rotylenchulus Reniformis)
Pada Tanaman Cengkeh











NAMA                     :      WILLEM WABANG
NIM                         :      0804042683
PROGDI                  :      IHPT
DOSEN WALI        :      Ir. I Wayan Mudita, M. Sc




FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2013



BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Peran komoditas cengkeh saat ini tidak hanya sebagai komponen utama rokok, akan tetapi telah banyak digunakan di berbagai industri lainnya seperti makanan, obat dan kosmetik. Bunga cengkeh (Syzygium aromaticum) selain mengandung minyak atsiri, juga mengandung senyawa kimia yang disebut eugenol, asam oleanolat, asam galotanat, fenilin, karyofilin, resin dan gom (Lubis, 2009).
Serangan hama dan penyakit sangat berpengaruh terhadap produksi tanaman cengkeh. Penurunan produksi cengkeh akibat serangan hama dapat mencapai 10-25%. Serangan hama dapat mengakibatkan pertumbuhan tanaman terganggu, produksi menurun bahkan kematian tanaman. Untuk mengurangi kehilangan hasil akibat serangan hama dan penyakit maka upaya pengendaliannya sangat diperlukan. Salah satu nematoda yang menjadi kendala dalam budidaya tanaman cengkeh adalah nematoda perusak akar (Rotylenchulus reniformis) (Anonymous a, 2012).



1.2. Tujuan
      Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui nematoda perusak akar yakni Rotylenchulus reniformis. Selanjutnya mengetahui dan memahami perkembangan populasi nematoda dan kerusakannya pada tanaman cengkeh, serta mengetahui faktror-faktor yang berpengaruh terhadap perkembangan populasi nematoda tersebut.







BAB II
PEMBAHASAN

Klasifikasi Nematoda Rotylenchulus reniformis
Menurut (Rahayu, 2011) ditemukan spesies R. reniformis. Nama tersebut diberikan karena spesies nematoda ini mirip dengan genus Rotylenchulus, dan spesies ini bentuknya mirip dengan bentuk ginjal.
Nematoda ini di klasifikasikan ke dalam :
Kingdom  : Animalia
Phyllum    : Tylenchida
Kelas         : Tylenchina
Ordo         : Tylenchoidea
Familiy      : Hoplolaimidae
Genus        : Rotylenchulinae
Spesies     : Rotylenchulus reniformis, (Rahayu, 2011).
Morfologi
Nematoda R. reniformis bersifat seksual dimorfik, tubuhnya berbentuk cacing dan berukuran kecil (0,23-0,64 mm) (Lubis, 2009). Daerah bibir menonjol, konoid dan tidak berlekuk terhadap tubuhnya; kerangka daerah bibir bersklerotin yang kuat. Panjang stilet 12 sampai 15 mm (Lubis, 2009). Esofagusnya mempunyai median bulbus yang tumbuh baik berikut kelepkelepnya; lubang saluran kelenjar esofagus dorsal terdapat pada bagian posterior basal stilet (0,6-1,9 kali panjang stilet); kelenjarnya tumbuh baik dan bagian lateralnya yang panjang menjorok ke daerah usus. Vulvanya terdapat di daerah posterior tubuhnya (V = 58 72%); bibir vulvanya tidak menonjol. Mempunyai dua saluran genital, masing-masing melekuk dua kali. Ekornya berbentuk kerucut dan ujungnya tumpul (Lubis, 2009).



Ada yang membedakan antara nematoda betina dan nematoda jantan, dapat dijelaskan sebagai berikut:
ü  Nematoda Betina
a)      Betina yang belum dewasa
Badan berbentuk bulat panjang dan ramping, panjang sekitar 0,4 mm , knop stylet berbentuk bulat, bagian posterior berlekuk dan bagian ekor meruncing membulat ke arah ujung (Rahayu, 2011).
b)      Betina dewasa
Betina dewasa bertubuh gemuk, berbentuk seperti ginjal dan mempunyai vulva yang menonjol (Lubis, 2009). Bagian tubuh anterior tidak teratur (Lubis, 2009). Ovarium menggulung (Lubis, 2009). Panjangnya 0,38-0,52 mm, bagian vulva letaknya lebih tinggi, tubuh bagian luar anus adalah hemispherikal, ramping dengan panjang 5-9 μm, stylet berkembang dengan baik, kutikula tebal, ovarium sangat tebal, berbelit-belit, telur disimpan dalam matriks gelatin (Rahayu, 2011).

ü  Nematoda jantan
Nematoda jantan berbentuk cacing; kerangka kepala bersklerotin; stilet dan esofagus mereduksi (esofagus mempunyai median bulbus lemah dan tanpa kelep), tetapi tampak jelas, spikula melengkung, ekor runcing, dan bursa tidak mencapai ujung ekor. Juvenil mirip dengan nematoda betina pra-dewasa, tetapi lebih pendek, tanpa vulva dan saluran genital (Lubis, 2009). Berbentuk bulat panjang, dengan bagian anterior serta styletnya lebih kecil, kerongkongan/esophagus letaknya lebih rendah dengan median bulbus, tidak bersifat parasit pada tanaman, bagian spikula ramping memanjang, dengan bagian perut melengkung, bagian ekor ada tetapi sulit untuk dilihat, nematoda jantan tetap berada di dalam tanah (Rahayu, 2011).

Biologi R. reniformis
Nematoda bentuk ginjal adalah semi-endoparasit menetap dimana sepertiga tubuh bagian anterior masuk ke dalam akar inang sedangakan dua per tiga tubuh bagian posterior berada di luar akar. Nematoda R. reniformis tidak memiliki pembatas daerah infeksi sebagaimana nematoda puru akar. Daerah infeksi untuk nematoda bentuk ginjal tidak terbatas pada ujung akar, ia memarasit pada setiap titik sepanjang akar (Lubis, 2009). Nematoda bentuk ginjal mempunyai daur hidup yang unik. Penetasan telur distimulasi oleh eksudat akar tanaman inang tertentu (Lubis, 2009). Juvenil stadium kedua dari R. reniformis muncul dari telur, tidak makan, tetapi mengalami tiga kali pergantian kulit di dalam tanah dan dapat berkembang menjadi nematoda betina muda. Rangsangan dari akar yang sedang tumbuh sangat diperlukan untuk pergantian kulit yang terakhir (Lubis, 2009). Selain itu menurut Kinloch (Lubis, 2009) juvenil kedua dari nematoda ini ditemukan bebas di dalam tanah. Sebagian atau seluruh betina melakukan penetrasi ke dalam korteks akar kemudian menetap di sana. Betina membengkak seperti ginjal dan biasanya menyimpan lebih dari seratus telur ke dalam kantung telur yang gelatinus, yang kemudian dikeluarkan ke dalam tanah.
Jantan seperti cacing tidak masuk ke dalam jaringan tanaman dan ditemukan mengumpul di dalam serta di sekitar kantung telur (Lubis, 2009). Seks rasio dari larva yang menetas sekitar 1 banding 1, tetapi di dalam tanah jumlah jantan biasanya lebih banyak dari pada betina muda (Lubis, 2009). Reproduksi R. reniformis adalah secara amfimiksis walaupun demikian beberapa populasi dari Jepang telah dilaporkan sebagai individu yang berkembang biak secara partenogenetik (Lubis, 2009). Sepanjang yang telah diketahui, nematoda parasitik yang jantan tidak pernah makan (Lubis, 2009).
Siklus Hidup R. reniformis
Perkembangan embrionik R. reniformis berlangsung dalam waktu 7-9 hari pada suhu 16-24oC. Siklus hidup lengkap R. reniformis dari stadia telur ke stadia telur berikutnya memerlukan waktu 29-36 hari. Begitu juga menurut (Lubis, 2009), siklus hidup mencapai 3-4 minggu dan beberapa generasi tumpang tindih dapat terjadi dalam satu musim pertumbuhan (Lubis, 2009). Stadia juvenil dan nematoda jantan menetap di dalam tanah, sedangkan nematoda betina dewasa bersifat semi-endoparasit (Rahayu, 2011).
Pada nematoda jantan, styletnya kurang berkembang. Nematoda betina yang belum dewasa berbentuk bulat panjang dan sistem reproduksinya belum matang. Nematoda betina merupakan stadia yang infektif dan hanya nematoda betina dewasa yang bersifat parasit pada tumbuhan. Segera setelah mengalami pergantian kulit yang terakhir, betina dewasa yang merupakan stadia infektif akan masuk/penetrasi pada bagian akar tanaman. Pada saat penetrasi, hanya bagian anterior dari tubuhnya yang tertanam ke dalam jaringan akar. Makan jaringan korteks, floem dan pericycle. Dalam waktu sekitar satu minggu setelah penetrasi, sistem reproduksinya akan matang dan bagian posterior tubuhnya akan membengkak membentuk reniform (bentuk ginjal) yang khas, dan nematoda dewasa siap untuk bereproduksi lagi.


Nematoda jantan sangat tertarik pada nematoda betina, ada seks ratio 1:1. Kopulasi juga di asumsikan terjadi, tetapi ada juga beberapa bukti parthenogenesis. Tanah yang bertekstur halus dan kandungan lumpur yang relatif tinggi sangat disukai oleh nematoda ini untuk berkembang dan bereproduksi (Rahayu, 2011).
Cara Bertahan
Nematoda bentuk ginjal toleran terhadap suhu yang ekstrim dan dapat hidup dalam jangka waktu yang panjang tanpa inang. Populasi nematoda bentuk ginjal di Lousiana, Teksas, dan Poerto Riko dapat hidup selama 6 bulan tanpa inang pada suhu -5, -1, 4, dan 250 C (Lubis, 2009). Populasi R. reniformis mampu hidup sampai 2 tahun di tanah yang diberakan. Nematoda tersebut mampu hidup selama periode bera dalam stadium telur atau stadium larva anhidrobiotik tergantung pada kelengasan tanah (Lubis, 2009).
Distribusi R. Reniformis
Nematoda bentuk ginjal, R. reniformis menyebar luas di seluruh daerah tropis dan sub-tropis, dan merupakan parasit obligat pada berbagai tanaman pertanian (Lubis, 2009). Rotylenchulus reniformis menyukai tanah bertekstur baik dan populasi terbesar berada pada kedalaman 0 sampai 15 cm (Lubis, 2009).
Gejala Kerusakan
Gejala kerusakan di atas permukaan tanah antara lain tanaman kerdil dan daun mengeriting, pembentukan buah dan biji kurang sempurna. Akar dan jaringan korteks mengalami nekrosis, daun klorosis. Sistem perakaran terganggu.  Gejala kerusakan di bawah tanah, akar berubah warna dan nekrotik (mati) kemudian akan membusuk. Dalam infestasi yang tinggi, tanaman akan mati (Rahayu, 2011).
Infeksi oleh nematoda bentuk ginjal menghambat pembentukan akar sekunder dan sistem akar sangat lambat berkembang (Lubis, 2009). Di Hawaii, daun-daun tanaman yang terinfeksi kurang tegak daripada daun-daun tanaman yang sehat, berwarna kemerahan, dan tampak pertumbuhannya terhambat. Gejala pada daun sama seperti kekurangan hara atau air. Serangan berat dapat menimbulkan tanaman rebah dan mati (Lubis, 2009).
Kisaran Inang
Nematoda Rotylenchulus reniformis merupakan salah satu nematoda parasit penting yang menyerang berbagai tanaman yang bernilai ekonomis di negara tropis maupun subtropis (Rahayu, 2011).
R. reniformis menyerang tanaman perkebunan, diantaranya adalah pada tanaman tebu dan cengkeh (Rahayu, 2011) dan juga kopi.
Populasi yang sangat tinggi dari R. reniformis dapat berkembang pada berbagai jenis tanaman inang, antara lain kapas, jagung. teh, kacang panjang, tanaman berpolong, nanas, kedelai, dan ubi jalar (Lubis, 2009). Nematoda R. reniformis mengurangi hasil tanaman dan menghancurkan ratoon crop pertama pada pertanaman nanas di Hawaii ( Sipes et al., 2002).






























BAB III
PENUTUP


Kesimpulan
Nematoda bentuk ginjal, R. reniformis menyebar luas di seluruh daerah tropis dan sub-tropis, dan merupakan parasit obligat pada berbagai tanaman pertanian. Populasi yang sangat tinggi dari R. reniformis dapat berkembang pada berbagai jenis tanaman inang, antara lain kapas, jagung. teh, kacang panjang, tanaman berpolong, nanas, kedelai, dan ubi jalar.
Gejala kerusakan di atas permukaan tanah antara lain tanaman kerdil dan daun mengeriting, pembentukan buah dan biji kurang sempurna. Akar dan jaringan korteks mengalami nekrosis, daun klorosis. Sistem perakaran terganggu.  Gejala kerusakan di bawah tanah, akar berubah warna dan nekrotik (mati) kemudian akan membusuk. Dalam infestasi yang tinggi, tanaman akan mati.






























DAFTAR PUSTAKA

Anonymous a. 2012. Rotylenchulus reniformis. (http://plpnemweb.ucdavis.
edu/nemaplex/images/G116S26.jpg
, diakses tanggal 10 maret 2013).

Lubis, Mas Apri Yani. 2009. Populasi Rotylenchulus reniformis dan Kejadian Penyakit Layu Pada Petak Pengendalian Hama Terpadu Nanas (Ananas comosus) Di Desa Bunihayu, Kecamatan Jalancagak, Kabupaten Subang, Jawa Barat. Skripsi. Departemen Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Rahayu, Amini Kanthi. 2011. Nematoda Akar Rotylenchulus reniformis dan Teknik Pengendalian. POPT Ahli Pertama. Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya. Surabaya

Sipes BS, Sether DM, Hu JS. 2002. Interactions between Rotylenchus reniformis and Pineapple mealybug wilt associated virus-1 in pineapple. Plant Dis. 86:933-938.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar