MAKALAH
NEMATOLOGI
Perusak Akar (Nematoda
Rotylenchulus Reniformis)
Pada Tanaman Cengkeh
NAMA
: WILLEM WABANG
NIM
: 0804042683
PROGDI
: IHPT
DOSEN
WALI : Ir. I Wayan Mudita, M. Sc
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Peran komoditas cengkeh saat ini tidak hanya sebagai komponen utama
rokok, akan tetapi telah banyak digunakan di berbagai industri lainnya seperti
makanan, obat dan kosmetik. Bunga cengkeh (Syzygium aromaticum) selain
mengandung minyak atsiri, juga mengandung senyawa kimia yang disebut eugenol,
asam oleanolat, asam galotanat, fenilin, karyofilin, resin dan gom (Lubis,
2009).
Serangan hama dan penyakit sangat berpengaruh terhadap produksi tanaman
cengkeh. Penurunan produksi cengkeh akibat serangan hama dapat mencapai 10-25%.
Serangan hama dapat mengakibatkan pertumbuhan tanaman terganggu, produksi
menurun bahkan kematian tanaman. Untuk mengurangi kehilangan hasil akibat
serangan hama dan penyakit maka upaya pengendaliannya sangat diperlukan. Salah
satu nematoda yang menjadi kendala dalam budidaya tanaman cengkeh adalah
nematoda perusak akar (Rotylenchulus
reniformis) (Anonymous a, 2012).
1.2. Tujuan
Tujuan dari penulisan
makalah ini adalah untuk mengetahui nematoda perusak akar yakni Rotylenchulus
reniformis. Selanjutnya mengetahui dan memahami perkembangan populasi
nematoda dan kerusakannya pada tanaman cengkeh, serta mengetahui faktror-faktor
yang berpengaruh terhadap perkembangan populasi nematoda tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN
Klasifikasi Nematoda Rotylenchulus
reniformis
Menurut
(Rahayu, 2011) ditemukan spesies R. reniformis. Nama tersebut
diberikan karena spesies nematoda ini mirip dengan genus Rotylenchulus, dan
spesies ini bentuknya mirip dengan bentuk ginjal.
Nematoda
ini di klasifikasikan ke dalam :
Kingdom
: Animalia
Phyllum :
Tylenchida
Kelas
: Tylenchina
Ordo
: Tylenchoidea
Familiy :
Hoplolaimidae
Genus :
Rotylenchulinae
Spesies : Rotylenchulus
reniformis, (Rahayu, 2011).
Morfologi
Nematoda R. reniformis bersifat
seksual dimorfik, tubuhnya berbentuk cacing dan berukuran kecil (0,23-0,64 mm)
(Lubis, 2009). Daerah bibir menonjol, konoid dan tidak berlekuk terhadap
tubuhnya; kerangka daerah bibir bersklerotin yang kuat. Panjang stilet 12
sampai 15 mm (Lubis, 2009). Esofagusnya mempunyai median bulbus yang tumbuh
baik berikut kelepkelepnya; lubang saluran kelenjar esofagus dorsal terdapat
pada bagian posterior basal stilet (0,6-1,9 kali panjang stilet); kelenjarnya
tumbuh baik dan bagian lateralnya yang panjang menjorok ke daerah usus.
Vulvanya terdapat di daerah posterior tubuhnya (V = 58 72%); bibir vulvanya
tidak menonjol. Mempunyai dua saluran genital, masing-masing melekuk dua kali.
Ekornya berbentuk kerucut dan ujungnya tumpul (Lubis, 2009).
Ada
yang membedakan antara nematoda betina dan nematoda jantan, dapat dijelaskan
sebagai berikut:
ü Nematoda Betina
a)
Betina yang belum dewasa
Badan berbentuk bulat panjang dan ramping, panjang sekitar 0,4 mm ,
knop stylet berbentuk bulat, bagian posterior berlekuk dan bagian ekor
meruncing membulat ke arah ujung (Rahayu, 2011).
b)
Betina dewasa
Betina dewasa bertubuh gemuk, berbentuk seperti ginjal dan mempunyai vulva
yang menonjol (Lubis, 2009). Bagian tubuh anterior tidak teratur (Lubis, 2009).
Ovarium menggulung (Lubis, 2009). Panjangnya 0,38-0,52 mm, bagian vulva
letaknya lebih tinggi, tubuh bagian luar anus adalah hemispherikal, ramping
dengan panjang 5-9 μm, stylet berkembang dengan baik, kutikula tebal, ovarium
sangat tebal, berbelit-belit, telur disimpan dalam matriks gelatin (Rahayu,
2011).
ü Nematoda jantan
Nematoda jantan berbentuk cacing; kerangka kepala
bersklerotin; stilet dan esofagus mereduksi (esofagus mempunyai median bulbus
lemah dan tanpa kelep), tetapi tampak jelas, spikula melengkung, ekor runcing,
dan bursa tidak mencapai ujung ekor. Juvenil mirip dengan nematoda betina
pra-dewasa, tetapi lebih pendek, tanpa vulva dan saluran genital (Lubis, 2009).
Berbentuk bulat panjang, dengan bagian anterior serta styletnya lebih kecil,
kerongkongan/esophagus letaknya lebih rendah dengan median bulbus, tidak
bersifat parasit pada tanaman, bagian spikula ramping memanjang, dengan bagian
perut melengkung, bagian ekor ada tetapi sulit untuk dilihat, nematoda jantan
tetap berada di dalam tanah (Rahayu, 2011).
Biologi R. reniformis
Nematoda bentuk ginjal adalah semi-endoparasit
menetap dimana sepertiga tubuh bagian anterior masuk ke dalam akar inang
sedangakan dua per tiga tubuh bagian posterior berada di luar akar. Nematoda R.
reniformis tidak memiliki pembatas daerah infeksi sebagaimana nematoda
puru akar. Daerah infeksi untuk nematoda bentuk ginjal tidak terbatas pada
ujung akar, ia memarasit pada setiap titik sepanjang akar (Lubis, 2009).
Nematoda bentuk ginjal mempunyai daur hidup yang unik. Penetasan telur
distimulasi oleh eksudat akar tanaman inang tertentu (Lubis, 2009). Juvenil
stadium kedua dari R. reniformis muncul dari telur, tidak makan,
tetapi mengalami tiga kali pergantian kulit di dalam tanah dan dapat berkembang
menjadi nematoda betina muda. Rangsangan dari akar yang sedang tumbuh sangat
diperlukan untuk pergantian kulit yang terakhir (Lubis, 2009). Selain itu
menurut Kinloch (Lubis, 2009) juvenil kedua dari nematoda ini ditemukan bebas
di dalam tanah. Sebagian atau seluruh betina melakukan penetrasi ke dalam
korteks akar kemudian menetap di sana. Betina membengkak seperti ginjal dan
biasanya menyimpan lebih dari seratus telur ke dalam kantung telur yang
gelatinus, yang kemudian dikeluarkan ke dalam tanah.
Jantan seperti cacing tidak masuk ke dalam
jaringan tanaman dan ditemukan mengumpul di dalam serta di sekitar kantung
telur (Lubis, 2009). Seks rasio dari larva yang menetas sekitar 1 banding 1,
tetapi di dalam tanah jumlah jantan biasanya lebih banyak dari pada betina muda
(Lubis, 2009). Reproduksi R. reniformis adalah secara amfimiksis
walaupun demikian beberapa populasi dari Jepang telah dilaporkan sebagai
individu yang berkembang biak secara partenogenetik (Lubis, 2009). Sepanjang
yang telah diketahui, nematoda parasitik yang jantan tidak pernah makan (Lubis,
2009).
Siklus Hidup R. reniformis
Perkembangan embrionik R. reniformis berlangsung
dalam waktu 7-9 hari pada suhu 16-24oC. Siklus hidup lengkap R.
reniformis dari stadia telur ke stadia telur berikutnya memerlukan waktu
29-36 hari. Begitu juga menurut (Lubis, 2009), siklus hidup mencapai 3-4 minggu
dan beberapa generasi tumpang tindih dapat terjadi dalam satu musim pertumbuhan
(Lubis, 2009). Stadia juvenil dan nematoda jantan menetap di dalam tanah,
sedangkan nematoda betina dewasa bersifat semi-endoparasit (Rahayu, 2011).
Pada nematoda jantan, styletnya kurang
berkembang. Nematoda betina yang belum dewasa berbentuk bulat panjang dan
sistem reproduksinya belum matang. Nematoda betina merupakan stadia yang
infektif dan hanya nematoda betina dewasa yang bersifat parasit pada tumbuhan.
Segera setelah mengalami pergantian kulit yang terakhir, betina dewasa yang
merupakan stadia infektif akan masuk/penetrasi pada bagian akar tanaman. Pada
saat penetrasi, hanya bagian anterior dari tubuhnya yang tertanam ke dalam jaringan
akar. Makan jaringan korteks, floem dan pericycle. Dalam waktu sekitar satu
minggu setelah penetrasi, sistem reproduksinya akan matang dan bagian posterior
tubuhnya akan membengkak membentuk reniform (bentuk ginjal) yang khas, dan
nematoda dewasa siap untuk bereproduksi lagi.
Nematoda jantan sangat tertarik pada nematoda
betina, ada seks ratio 1:1. Kopulasi juga di asumsikan terjadi, tetapi ada juga
beberapa bukti parthenogenesis. Tanah yang bertekstur halus dan kandungan
lumpur yang relatif tinggi sangat disukai oleh nematoda ini untuk berkembang
dan bereproduksi (Rahayu, 2011).
Cara Bertahan
Nematoda bentuk ginjal toleran terhadap suhu
yang ekstrim dan dapat hidup dalam jangka waktu yang panjang tanpa inang.
Populasi nematoda bentuk ginjal di Lousiana, Teksas, dan Poerto Riko dapat
hidup selama 6 bulan tanpa inang pada suhu -5, -1, 4, dan 250 C (Lubis, 2009).
Populasi R. reniformis mampu hidup sampai 2 tahun di tanah yang
diberakan. Nematoda tersebut mampu hidup selama periode bera dalam stadium telur
atau stadium larva anhidrobiotik tergantung pada kelengasan tanah (Lubis,
2009).
Distribusi R. Reniformis
Nematoda bentuk ginjal, R. reniformis menyebar
luas di seluruh daerah tropis dan sub-tropis, dan merupakan parasit obligat
pada berbagai tanaman pertanian (Lubis, 2009). Rotylenchulus reniformis menyukai
tanah bertekstur baik dan populasi terbesar berada pada kedalaman 0 sampai 15
cm (Lubis, 2009).
Gejala Kerusakan
Gejala kerusakan di atas permukaan tanah antara
lain tanaman kerdil dan daun mengeriting, pembentukan buah dan biji kurang
sempurna. Akar dan jaringan korteks mengalami nekrosis, daun klorosis. Sistem
perakaran terganggu. Gejala kerusakan di bawah tanah, akar berubah warna
dan nekrotik (mati) kemudian akan membusuk. Dalam infestasi yang tinggi,
tanaman akan mati (Rahayu, 2011).
Infeksi oleh nematoda bentuk ginjal menghambat
pembentukan akar sekunder dan sistem akar sangat lambat berkembang (Lubis,
2009). Di Hawaii, daun-daun tanaman yang terinfeksi kurang tegak daripada
daun-daun tanaman yang sehat, berwarna kemerahan, dan tampak pertumbuhannya
terhambat. Gejala pada daun sama seperti kekurangan hara atau air. Serangan
berat dapat menimbulkan tanaman rebah dan mati (Lubis, 2009).
Kisaran Inang
Nematoda Rotylenchulus reniformis merupakan
salah satu nematoda parasit penting yang menyerang berbagai tanaman yang
bernilai ekonomis di negara tropis maupun subtropis (Rahayu, 2011).
R. reniformis menyerang
tanaman perkebunan, diantaranya adalah pada tanaman tebu dan cengkeh (Rahayu,
2011) dan juga kopi.
Populasi yang sangat tinggi dari R. reniformis dapat
berkembang pada berbagai jenis tanaman inang, antara lain kapas, jagung. teh,
kacang panjang, tanaman berpolong, nanas, kedelai, dan ubi jalar (Lubis, 2009).
Nematoda R. reniformis mengurangi hasil tanaman dan menghancurkan ratoon
crop pertama pada pertanaman nanas di Hawaii ( Sipes et al.,
2002).
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Nematoda bentuk ginjal, R. reniformis menyebar
luas di seluruh daerah tropis dan sub-tropis, dan merupakan parasit obligat
pada berbagai tanaman pertanian. Populasi yang sangat tinggi dari R.
reniformis dapat berkembang pada berbagai jenis tanaman inang, antara lain
kapas, jagung. teh, kacang panjang, tanaman berpolong, nanas, kedelai, dan ubi
jalar.
Gejala kerusakan di atas permukaan tanah antara
lain tanaman kerdil dan daun mengeriting, pembentukan buah dan biji kurang
sempurna. Akar dan jaringan korteks mengalami nekrosis, daun klorosis. Sistem
perakaran terganggu. Gejala kerusakan di bawah tanah, akar berubah warna
dan nekrotik (mati) kemudian akan membusuk. Dalam infestasi yang tinggi,
tanaman akan mati.
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous
a. 2012. Rotylenchulus reniformis. (http://plpnemweb.ucdavis.
edu/nemaplex/images/G116S26.jpg, diakses tanggal 10 maret 2013).
edu/nemaplex/images/G116S26.jpg, diakses tanggal 10 maret 2013).
Lubis,
Mas Apri Yani. 2009. Populasi Rotylenchulus reniformis dan Kejadian
Penyakit Layu Pada Petak Pengendalian Hama Terpadu Nanas (Ananas comosus) Di
Desa Bunihayu, Kecamatan Jalancagak, Kabupaten Subang, Jawa Barat.
Skripsi. Departemen Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian Institut Pertanian
Bogor. Bogor.
Rahayu,
Amini Kanthi. 2011. Nematoda Akar Rotylenchulus reniformis dan Teknik
Pengendalian. POPT Ahli Pertama. Balai Besar Perbenihan dan Proteksi
Tanaman Perkebunan Surabaya. Surabaya
Sipes
BS, Sether DM, Hu JS. 2002. Interactions between Rotylenchus reniformis and Pineapple
mealybug wilt associated virus-1 in pineapple. Plant Dis. 86:933-938.