Jumat, 12 April 2013

Nematoda Rotylenchulus



MAKALAH
NEMATOLOGI
Perusak Akar (Nematoda Rotylenchulus Reniformis)
Pada Tanaman Cengkeh











NAMA                     :      WILLEM WABANG
NIM                         :      0804042683
PROGDI                  :      IHPT
DOSEN WALI        :      Ir. I Wayan Mudita, M. Sc




FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2013



BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Peran komoditas cengkeh saat ini tidak hanya sebagai komponen utama rokok, akan tetapi telah banyak digunakan di berbagai industri lainnya seperti makanan, obat dan kosmetik. Bunga cengkeh (Syzygium aromaticum) selain mengandung minyak atsiri, juga mengandung senyawa kimia yang disebut eugenol, asam oleanolat, asam galotanat, fenilin, karyofilin, resin dan gom (Lubis, 2009).
Serangan hama dan penyakit sangat berpengaruh terhadap produksi tanaman cengkeh. Penurunan produksi cengkeh akibat serangan hama dapat mencapai 10-25%. Serangan hama dapat mengakibatkan pertumbuhan tanaman terganggu, produksi menurun bahkan kematian tanaman. Untuk mengurangi kehilangan hasil akibat serangan hama dan penyakit maka upaya pengendaliannya sangat diperlukan. Salah satu nematoda yang menjadi kendala dalam budidaya tanaman cengkeh adalah nematoda perusak akar (Rotylenchulus reniformis) (Anonymous a, 2012).



1.2. Tujuan
      Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui nematoda perusak akar yakni Rotylenchulus reniformis. Selanjutnya mengetahui dan memahami perkembangan populasi nematoda dan kerusakannya pada tanaman cengkeh, serta mengetahui faktror-faktor yang berpengaruh terhadap perkembangan populasi nematoda tersebut.







BAB II
PEMBAHASAN

Klasifikasi Nematoda Rotylenchulus reniformis
Menurut (Rahayu, 2011) ditemukan spesies R. reniformis. Nama tersebut diberikan karena spesies nematoda ini mirip dengan genus Rotylenchulus, dan spesies ini bentuknya mirip dengan bentuk ginjal.
Nematoda ini di klasifikasikan ke dalam :
Kingdom  : Animalia
Phyllum    : Tylenchida
Kelas         : Tylenchina
Ordo         : Tylenchoidea
Familiy      : Hoplolaimidae
Genus        : Rotylenchulinae
Spesies     : Rotylenchulus reniformis, (Rahayu, 2011).
Morfologi
Nematoda R. reniformis bersifat seksual dimorfik, tubuhnya berbentuk cacing dan berukuran kecil (0,23-0,64 mm) (Lubis, 2009). Daerah bibir menonjol, konoid dan tidak berlekuk terhadap tubuhnya; kerangka daerah bibir bersklerotin yang kuat. Panjang stilet 12 sampai 15 mm (Lubis, 2009). Esofagusnya mempunyai median bulbus yang tumbuh baik berikut kelepkelepnya; lubang saluran kelenjar esofagus dorsal terdapat pada bagian posterior basal stilet (0,6-1,9 kali panjang stilet); kelenjarnya tumbuh baik dan bagian lateralnya yang panjang menjorok ke daerah usus. Vulvanya terdapat di daerah posterior tubuhnya (V = 58 72%); bibir vulvanya tidak menonjol. Mempunyai dua saluran genital, masing-masing melekuk dua kali. Ekornya berbentuk kerucut dan ujungnya tumpul (Lubis, 2009).



Ada yang membedakan antara nematoda betina dan nematoda jantan, dapat dijelaskan sebagai berikut:
ü  Nematoda Betina
a)      Betina yang belum dewasa
Badan berbentuk bulat panjang dan ramping, panjang sekitar 0,4 mm , knop stylet berbentuk bulat, bagian posterior berlekuk dan bagian ekor meruncing membulat ke arah ujung (Rahayu, 2011).
b)      Betina dewasa
Betina dewasa bertubuh gemuk, berbentuk seperti ginjal dan mempunyai vulva yang menonjol (Lubis, 2009). Bagian tubuh anterior tidak teratur (Lubis, 2009). Ovarium menggulung (Lubis, 2009). Panjangnya 0,38-0,52 mm, bagian vulva letaknya lebih tinggi, tubuh bagian luar anus adalah hemispherikal, ramping dengan panjang 5-9 μm, stylet berkembang dengan baik, kutikula tebal, ovarium sangat tebal, berbelit-belit, telur disimpan dalam matriks gelatin (Rahayu, 2011).

ü  Nematoda jantan
Nematoda jantan berbentuk cacing; kerangka kepala bersklerotin; stilet dan esofagus mereduksi (esofagus mempunyai median bulbus lemah dan tanpa kelep), tetapi tampak jelas, spikula melengkung, ekor runcing, dan bursa tidak mencapai ujung ekor. Juvenil mirip dengan nematoda betina pra-dewasa, tetapi lebih pendek, tanpa vulva dan saluran genital (Lubis, 2009). Berbentuk bulat panjang, dengan bagian anterior serta styletnya lebih kecil, kerongkongan/esophagus letaknya lebih rendah dengan median bulbus, tidak bersifat parasit pada tanaman, bagian spikula ramping memanjang, dengan bagian perut melengkung, bagian ekor ada tetapi sulit untuk dilihat, nematoda jantan tetap berada di dalam tanah (Rahayu, 2011).

Biologi R. reniformis
Nematoda bentuk ginjal adalah semi-endoparasit menetap dimana sepertiga tubuh bagian anterior masuk ke dalam akar inang sedangakan dua per tiga tubuh bagian posterior berada di luar akar. Nematoda R. reniformis tidak memiliki pembatas daerah infeksi sebagaimana nematoda puru akar. Daerah infeksi untuk nematoda bentuk ginjal tidak terbatas pada ujung akar, ia memarasit pada setiap titik sepanjang akar (Lubis, 2009). Nematoda bentuk ginjal mempunyai daur hidup yang unik. Penetasan telur distimulasi oleh eksudat akar tanaman inang tertentu (Lubis, 2009). Juvenil stadium kedua dari R. reniformis muncul dari telur, tidak makan, tetapi mengalami tiga kali pergantian kulit di dalam tanah dan dapat berkembang menjadi nematoda betina muda. Rangsangan dari akar yang sedang tumbuh sangat diperlukan untuk pergantian kulit yang terakhir (Lubis, 2009). Selain itu menurut Kinloch (Lubis, 2009) juvenil kedua dari nematoda ini ditemukan bebas di dalam tanah. Sebagian atau seluruh betina melakukan penetrasi ke dalam korteks akar kemudian menetap di sana. Betina membengkak seperti ginjal dan biasanya menyimpan lebih dari seratus telur ke dalam kantung telur yang gelatinus, yang kemudian dikeluarkan ke dalam tanah.
Jantan seperti cacing tidak masuk ke dalam jaringan tanaman dan ditemukan mengumpul di dalam serta di sekitar kantung telur (Lubis, 2009). Seks rasio dari larva yang menetas sekitar 1 banding 1, tetapi di dalam tanah jumlah jantan biasanya lebih banyak dari pada betina muda (Lubis, 2009). Reproduksi R. reniformis adalah secara amfimiksis walaupun demikian beberapa populasi dari Jepang telah dilaporkan sebagai individu yang berkembang biak secara partenogenetik (Lubis, 2009). Sepanjang yang telah diketahui, nematoda parasitik yang jantan tidak pernah makan (Lubis, 2009).
Siklus Hidup R. reniformis
Perkembangan embrionik R. reniformis berlangsung dalam waktu 7-9 hari pada suhu 16-24oC. Siklus hidup lengkap R. reniformis dari stadia telur ke stadia telur berikutnya memerlukan waktu 29-36 hari. Begitu juga menurut (Lubis, 2009), siklus hidup mencapai 3-4 minggu dan beberapa generasi tumpang tindih dapat terjadi dalam satu musim pertumbuhan (Lubis, 2009). Stadia juvenil dan nematoda jantan menetap di dalam tanah, sedangkan nematoda betina dewasa bersifat semi-endoparasit (Rahayu, 2011).
Pada nematoda jantan, styletnya kurang berkembang. Nematoda betina yang belum dewasa berbentuk bulat panjang dan sistem reproduksinya belum matang. Nematoda betina merupakan stadia yang infektif dan hanya nematoda betina dewasa yang bersifat parasit pada tumbuhan. Segera setelah mengalami pergantian kulit yang terakhir, betina dewasa yang merupakan stadia infektif akan masuk/penetrasi pada bagian akar tanaman. Pada saat penetrasi, hanya bagian anterior dari tubuhnya yang tertanam ke dalam jaringan akar. Makan jaringan korteks, floem dan pericycle. Dalam waktu sekitar satu minggu setelah penetrasi, sistem reproduksinya akan matang dan bagian posterior tubuhnya akan membengkak membentuk reniform (bentuk ginjal) yang khas, dan nematoda dewasa siap untuk bereproduksi lagi.


Nematoda jantan sangat tertarik pada nematoda betina, ada seks ratio 1:1. Kopulasi juga di asumsikan terjadi, tetapi ada juga beberapa bukti parthenogenesis. Tanah yang bertekstur halus dan kandungan lumpur yang relatif tinggi sangat disukai oleh nematoda ini untuk berkembang dan bereproduksi (Rahayu, 2011).
Cara Bertahan
Nematoda bentuk ginjal toleran terhadap suhu yang ekstrim dan dapat hidup dalam jangka waktu yang panjang tanpa inang. Populasi nematoda bentuk ginjal di Lousiana, Teksas, dan Poerto Riko dapat hidup selama 6 bulan tanpa inang pada suhu -5, -1, 4, dan 250 C (Lubis, 2009). Populasi R. reniformis mampu hidup sampai 2 tahun di tanah yang diberakan. Nematoda tersebut mampu hidup selama periode bera dalam stadium telur atau stadium larva anhidrobiotik tergantung pada kelengasan tanah (Lubis, 2009).
Distribusi R. Reniformis
Nematoda bentuk ginjal, R. reniformis menyebar luas di seluruh daerah tropis dan sub-tropis, dan merupakan parasit obligat pada berbagai tanaman pertanian (Lubis, 2009). Rotylenchulus reniformis menyukai tanah bertekstur baik dan populasi terbesar berada pada kedalaman 0 sampai 15 cm (Lubis, 2009).
Gejala Kerusakan
Gejala kerusakan di atas permukaan tanah antara lain tanaman kerdil dan daun mengeriting, pembentukan buah dan biji kurang sempurna. Akar dan jaringan korteks mengalami nekrosis, daun klorosis. Sistem perakaran terganggu.  Gejala kerusakan di bawah tanah, akar berubah warna dan nekrotik (mati) kemudian akan membusuk. Dalam infestasi yang tinggi, tanaman akan mati (Rahayu, 2011).
Infeksi oleh nematoda bentuk ginjal menghambat pembentukan akar sekunder dan sistem akar sangat lambat berkembang (Lubis, 2009). Di Hawaii, daun-daun tanaman yang terinfeksi kurang tegak daripada daun-daun tanaman yang sehat, berwarna kemerahan, dan tampak pertumbuhannya terhambat. Gejala pada daun sama seperti kekurangan hara atau air. Serangan berat dapat menimbulkan tanaman rebah dan mati (Lubis, 2009).
Kisaran Inang
Nematoda Rotylenchulus reniformis merupakan salah satu nematoda parasit penting yang menyerang berbagai tanaman yang bernilai ekonomis di negara tropis maupun subtropis (Rahayu, 2011).
R. reniformis menyerang tanaman perkebunan, diantaranya adalah pada tanaman tebu dan cengkeh (Rahayu, 2011) dan juga kopi.
Populasi yang sangat tinggi dari R. reniformis dapat berkembang pada berbagai jenis tanaman inang, antara lain kapas, jagung. teh, kacang panjang, tanaman berpolong, nanas, kedelai, dan ubi jalar (Lubis, 2009). Nematoda R. reniformis mengurangi hasil tanaman dan menghancurkan ratoon crop pertama pada pertanaman nanas di Hawaii ( Sipes et al., 2002).






























BAB III
PENUTUP


Kesimpulan
Nematoda bentuk ginjal, R. reniformis menyebar luas di seluruh daerah tropis dan sub-tropis, dan merupakan parasit obligat pada berbagai tanaman pertanian. Populasi yang sangat tinggi dari R. reniformis dapat berkembang pada berbagai jenis tanaman inang, antara lain kapas, jagung. teh, kacang panjang, tanaman berpolong, nanas, kedelai, dan ubi jalar.
Gejala kerusakan di atas permukaan tanah antara lain tanaman kerdil dan daun mengeriting, pembentukan buah dan biji kurang sempurna. Akar dan jaringan korteks mengalami nekrosis, daun klorosis. Sistem perakaran terganggu.  Gejala kerusakan di bawah tanah, akar berubah warna dan nekrotik (mati) kemudian akan membusuk. Dalam infestasi yang tinggi, tanaman akan mati.






























DAFTAR PUSTAKA

Anonymous a. 2012. Rotylenchulus reniformis. (http://plpnemweb.ucdavis.
edu/nemaplex/images/G116S26.jpg
, diakses tanggal 10 maret 2013).

Lubis, Mas Apri Yani. 2009. Populasi Rotylenchulus reniformis dan Kejadian Penyakit Layu Pada Petak Pengendalian Hama Terpadu Nanas (Ananas comosus) Di Desa Bunihayu, Kecamatan Jalancagak, Kabupaten Subang, Jawa Barat. Skripsi. Departemen Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Rahayu, Amini Kanthi. 2011. Nematoda Akar Rotylenchulus reniformis dan Teknik Pengendalian. POPT Ahli Pertama. Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya. Surabaya

Sipes BS, Sether DM, Hu JS. 2002. Interactions between Rotylenchus reniformis and Pineapple mealybug wilt associated virus-1 in pineapple. Plant Dis. 86:933-938.

makalah IPT



MAKALAH
IDENTIFIKASI PENGGANGGU TANAMAN
“Mengidentifikasi Gulma”

                                                                                                                 








NAMA                                     : WILLEM WABANG
NIM                                         : 0804042683
PROGDI                                  : IHPT



FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG 
2011
BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Pendahuluan
Gulma dapat didefinisikan sebagai tumbuh-tumbuhan yang tumbuh pada tempat yang tidak dikehendaki manusia. Hal ini dapat berarti tumbuhan tersebut merugikan baik secara langsung atau tidak langsung atau kadang-kadang juga belum diketahui kerugian/kegunaannya. Oleh karena batasan untuk gulma ini sebetulnya sangat luas sehingga dapat mencakup semua jenis tanaman dalam dunia tumbuh-tumbuhan.
Jenis gulma yang tumbuh biasanya sesuai dengan kondisi perkebunan. Misalnya pada perkebunan yang baru diolah, maka gulma yang dijumpai kebanyakan dalah gulma semusim; sedang pada perkebunan yang telah lama ditanami, gulma yang banyak terdapat adalah dari jenis tahunan.
Gulma yang terdapat pada dataran tinggi relatif berbeda dengan yang tumbuh di daerah dataran rendah. Pada daerah yang tinggi terlihat adanya kecenderungan bertambahnya keanekaragaman jenis, sedangkan jumlah individu biasanya tidak begitu besar. Hal yang sebaliknya terjadi pada daerah rendah yakni jumlah individu sangat melimpah, tetapi jumlah jenis yang ada tidak begitu banyak. Secara morfologi gulma yang digolongkan sebagai tumbuhan berdun lebar biasanya tidak begitu sulit diidentifikasi jika telah diketahui sukunya. Hal ini disebabkan karena dalam suku gulma berdaun lebar tersebut umumnya perbedaan dalam marga sangat jelas. Lagi pula jumlah marga yang termasuk dalam suatu suku dalam kelompok ini tidak begitu bnyak. Lain halnya dengan golongan rumput-rumputan atau golongan teki, perbedaan dalam marga sering tidak jelas, apalagi apabila gulma dari kelompok ini tidak ditemukan dalam keadaan berbunga.
1.2  Tujuan
Untuk mengenal morfologi dari gulma
Mengetahui taksonomi dan tata nama gulma
Untuk mengetahui cara mengidentifikasi gulma. 

BAB II
PEMBAHASAN

*        Klasifikasi Gulma
Klasifikasi gulma dapat di lakukan dengan berbagai cara. Misalnya, gulma dapat dibedakan berdasarkan sifat-sifat morfologi, siklus hidup, habitat (tempat tumbuhnya), ataupun berdasarkan pengaruh terhadap tanaman.
·      Berdasarkan Morfologi Gulma
Berdasarkan sifat morfologinya, gulma dapat dibedakan menjadi gulma berdaun sempit (grasses), gulma teki-tekian (sedges), gulma berdaun lebar (broad leaves), dan gulma pakis-pakisan (ferns).
1.  Gulma Berdaun Sempit (Grasses)
Gulma berdaun sempit memiliki cirri khas sebagai berikut : daun menyerupai pita, batang tanaman beruas-ruas, tanaman tumbuh tegak atau menjalar, dan memiliki pelepah serta helaian daun. Contoh – contoh gulma berdaun sempit adalah sebagai berikut :
§  Chloris barbata
§  Echhinochloa colona
§  Digitaria fuscescens
§  Leersia hexandra
2.  Gulma Teki-Tekian (Sedges)
Gulma jenis teki-tekian merip dengan gulma berdaun sempit, namun memiliki batang berbentuk segitiga. Beberapa contoh jenis gulma teki-tekian adalah sebagai berikut :
§  Cyperus digitatus
§  Cyperus iria
§  Cyperus rotundus
§  Rhynchospora corymbosa


3.  Gulma Berdaun Lebar (Broad Leaves)
Pada umumnya, gulma berdaun lebar merupakan tumbuhan berkeping dua, meskipun ada juga yang berkeping satu. Gulma berdaun lebar memiliki cirri-ciri bentuk daun melebar dan tanaman tumbuh tegak atau menjalar. Contoh – contoh jenis gulma berdaun lebar adalah sebagai berikut :
§  Ageratum houstonianum
§  Cassia tora
§  Chromolaena odorata
§  Hyptes capitata
4.  Gulma Pakis-Pakisan (Ferns)
Gulma jenis pakis-pakisan (frens) pada umumnya berkembang biak dengan spora dan berbatang tegak atau menjalar. Contoh gulma jenis pakis-pakisan adalah sebagai berikut :
§  Nephrolepis biserrata
§  Pteridium odoratum
§  Dicranopteris linearis
§  Lygodium flexuosum
·      Berdasarkan Siklus Hidup Gulma
Berdasarkan siklus hidupnya, gulma dapat dibedakan menjadi gulma semusim (annual weeds), gulma dua musim (biannual weeds), dan gulma tahunan (perennial weeds).
1.  Gulma Semusim (Annual Weeds)
Siklus hidup gulma semusim mulai dari perkecambahan, berproduksi, sampai akhirnya mati berlangsung selama satu tahun. Pada umumnya, gulma semusim mudah dikendalikan, namun pertumbuhannya sangat cepat karena produksi biji sangat banyak. Oleh karena itu, pengendalian gulma semusim memerlukan biaya yang lebih besar. Contoh–contoh gulma semusim adalah sebagai berikut :
§  Amaranthus sp.
§  Digitaria sp.
§  Eleusine indica
§  Ipomoea purpurra
§  Setaria sp.
2.  Gulma Dua Musim (Biannual Weeds)
Siklus hidup gulma dua musim lebih dari satu tahun, namun tidak lebih dari dua tahun. Pada tahun pertama gulma ini menghasilkan bentuk roset, pada tahun kedua berbunga, menghasilkan biji, dan akhirnya mati. Pada periode roset, gulma jenis ini pada umumnya sensitif terhadap herbisida. Contoh-contoh gulma dua musim adalah sebagai berikut :
§  Aretium sp.
§  Circium vulgare
§  Verbascum thapsus
3.  Gulma Tahunan (Perennial Weeds)
Siklus hidup gulma tahunan lebih dari dua tahun dan mungkin tidak terbatas (menahun). Jenis gulma ini kebanyakan berkembang biak dengan biji, meskipun ada juga yang berkembang biak secara vegetatif. Gulma tahunan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan. Misalnya, pada musim kemarau jenis gulma ini seolah-olah mati karena ada bagian yang mongering, namun bila ketersediaan air cukup, maka gulma akan segera bersemi kembali. Contoh – contoh gulma tahunan adalah sebagai berikut :
§  Cynodon dactylon
§  Cyperus rotundus
§  Imperata cylindrica
·      Berdasarkan Habitat Tumbuh Gulma
Berdasarkan habitatnya, gulma dapat dibedakan menjadi gulma air (aquatic weeds) dan gulma daratan (terestrial weeds).
1.  Gulma Air (Aquatic weeds)
Pada umumnya, gulma air tumbuh di air, baik yang mengapung, tenggelam, ataupun setengah tenggelam. Gulma air dapat berupa gulma berdaun sempit, berdaun lebar, ataupun teki-tekian. Contoh – contoh gulma air adalah sebagai berikut :
§  Cyperus iria
§  Cyperus difformis
§  Eichornia grassipes
§  Salvinia molesta
2.  Gulma daratan (terrestrial weeds)
Gulma daratan tumbuh di darat, antara lain di tegalan dan perkebunan. Jenis gulma daratan yang tumbuh diperkebunan sangat tergantung pada jenis tanaman utama, jenis tanah, iklim, dan pola tanam. Contoh-contoh jenis gulma daratan adalah sebagai berikut :
§  Chromolaena odorata
§  Imperata cylindrical
§  Euphorbia sp.
·      Berdasarkan Pengaruhnya Terhadap Tanaman
Berdasarkan pengaruhnya terhadap tanaman, maka gulma dapat dibedakan menjadi gulma kelas A, B, C, D, dan E.
1.  Gulma Kelas A
Gulma yang digolongkan ke dalam kelas A adalah jenis-jenis gulma yang sangat berbahaya bagi tanaman sehingga harus diberantas secara tuntas. Contoh-contoh jenis gulma kelas A adalah sebagai berikut :
§  Imperata cylindrical
§  Mikania sp.
§  Mimosa sp.
2.  Gulma Kelas B
Gulma yang digolongkan sebagai gulma jenis B adalah jenis-jenis gulma yang merugikan tanaman, sehingga perlu dilakukan tindakan pemberantasan atau pengendalian. Contoh - contoh jenis gulma kelas B adalah sebagai berikut :
§  Lantana camara
§  Gleichenia liniearis
§  Brachiaria mutica

3.  Gulma Kelas C
Gulma yang digolongkan ke dalam gulma kelas C adalah jenis-jenis gulma atau tumbuhan yang merugikan tanaman dan memerlukan tindakan pengendalian, namun tindakan pengendalian tersebut tergantung pada keadaan, misalnya ketersediaan biaya, atau mempertimbangkan segi estetika (kebersihan kebun). Contoh – contoh jenis gulma kelas C adalah sebagai berikut :
§  Cyperus sp.
§  Eleusine indica
§  Cyclocorus aridus
4.  Gulma Kelas D
Gulma yang digolongkan sebagai gulma kelas D adalah jenis-jenis gulma yang kurang merugikan tanaman, namun tetap memerlukan tindakan pengendalian. Contoh – contoh jenis gulma kelas D adalah sebagai berikut :
§  Ageratum conyzoides
§  Cyrtococcum sp.
§  Digitaria sp.
5.  Gulma Kelas E
Gulma yang digolongkan ke dalam gulma kelas E adalah jenis-jenis gulma yang pada umumnya bermanfaat bagi tanaman karena dapat berfungsi sebagai pupuk hijau. Gulma kelas E dibiarkan tumbuh menutupi gawangan tanaman, namun tetap menerlukan tindakan pengendalian jika pertumbuhannya sudah menutupi piringan atau jalur tanaman. Contoh – contoh jenis gulma kelas E adalah sebagai berikut :
§  Calopogonium caereleum
§  Calopogonium mucunoides
§  Centrosema pubescens
§  Pueraria javanica
§  Pueraria phaseoloides

*        Taksonomi Gulma
*        Langkah – Langkah Mengidentifikasi
Cara mengidentifikasi gulma dengan salah satu atau kombinasi dari cara-cara di bawah ini :
§  Membandingkan gulma tersebut dengan material yang telah diidentifikasi di herbarium (di Indonesia terdapat Herbarium Bogoriense yang terletak di Jalan Ir. H. Juanda, Bogor).
§  Konsultasi langsung dengan para ahli di bidang yang bersangkutan.
§  Mencari sendiri melalui kunci identifikasi.
§  Membandingkannya dengan determinasi yang ada.
§  Membandingkannya dengan ilustrasi yang tersedia.
§  Karakteristik gulma.
Sampai saat ini tanda-tanda karakteristik yang dipakai dalam identifikasi gulma adalah bentuk morfologinya. Alat yang dibutuhkan dalam mengidentifikasi gulma adalah loupe ( kaca pembesar ) dengan perbesaran 10x, dalam keadaan tertentu juga dibutuhkan mikroskop 40x. Dalam identifikasi dan penelaan gulma terbagi atas sifat-sifat vegetatif yang bisa berubah sesuai dengan lingkungan dan sifat-sifat generatif yang cenderung tetap.
·      Bagian vegetatif gulma
        Perakaran, misalnya dapat berupa akar tunggang, akar serabut, berimpang, dan berstolon. Kemudian bagian batang dan cabangnya, ada gulma yang menjalar, tegak, melilit. Kedudukan daun ada yang berhadapan, bersilang, berhadapan silang dan lain-lain.
        Bentuk daun juga sangat bervariasi, ada yang bulat, lonjong seperti pita, segi tiga, dan belah ketupat. Pangkal dan ujung daun pun dapat dibedakan, ada yang bulat, lancip dan bertoreh. Demikian juga dengan tepi daun ada yang rata, bergerigi, berombak, beringgit, dan sebagainya. Permukaan daun ada yang mengkilat, berbulu, dan berbulu bintang.
        Selain bagian-bagian akar, batang dan daun, kadang-kadang dijumpai pula adanya alat-alat tambahan misalnya daun penumpu (biasanya didapat pada Malvacae), selaput bumbung (okrea) yang merupakan ciri khas gulma dri suku Polygonaceae.
·      Bagian generatif gulma
        Bagian ini dipergunakan untuk perkembangbiakan dan terdiri dari bunga, buah dan biji.
        Jumlah dan kedudukan bunga pada gulma ada yang tunggal atau majemuk dan dapat terletak di ketiak daun atau di ujung. Bunga majemuk dapat berbentuk tongkol, bulir, dan malai. Bagian-bagian bunga umumnya terdiri dari kelopak, mahkota bunga, benang sari, dan putik. Jika jumlah dari tiap-tiap bagian ini 5 atau merupakan kelipatan 5, maka biasanya disebut penamer, demikian jika jumlah masing-masing bagian tersebut 4 atau kelipatannya, disebut tetramer. Kedudukan perhiasan bagian-bagian ini sering pula menunjukkan simetrinya. Ada bunga yang bersimetri banyak (aktonomorf), atau ada pula yang hanya monosimetri (zigomorf). Warna kelopak biasanya hijau walaupun ada juga yang sama dengan warna mahkota bunganya. Kelopak dan mahkota pada gulma bisa dibedakan lagi, dan disebut sebagai tenda bunga.
        Mahkota bunga yang satu dengan yang lain umumnya sngat bervariasi warnanya, ada yang biru, merah, merah muda, kunging, putih dan sebagainya. Jumlah benang sari juga bermacam-macam, dapat hanya 1,2,3,4,5,10, 20 atau lebih. Kedudukannya pun berbeda-beda, ada yang terletak pada dasar perhiasan bunga membentuk satu atau dua llingkaran, ada pula yang melekat pada dinding mahkota bunga. Panjangnya pun berbeda-beda, sehingga dikenal istilah didynamus yaitu jika pada satu bunga terdapat dua benang sari yang bertangkai panjang dan dua yang bertangkai pendek. Keadaan serupa ini biasanya dijumpai pada suku Labiatae. Kedudukan bakal biji ada yang sejajar, duduk atau tenggelam dengan dasar perhiasan bunga.
        Bentuk ukuran, warna, dan jumlah buah pun berlain-lainan. Dikenal adanya buah kotak, buah polong, buah buni dan lain-lain. Biji juga dapat ditandai dengan ciri-ciri yang berlainan, misal bentuk, warna, ukuran dan keadaan permukaan yang tidak sama.
        Keadaan gulma yang paling ideal untuk identifikasi adalah jika semua bagian-bagian tersebut (vegetatif dan generatifnya) lengkap. Tentu saja hal ini hanya dijumpai pada gulma yang telah dewasa. Padahal dalam rangka pengelolaan gulma yang baik, sering kali harus mengetahui jenis gulma apakah yang terdapat di suatu perkebunan jauh sebelum gulma tersebut dewasa dan megadakan kompetisi dengan tanaman budidaya.
*   Contoh identifikasi gulma dengan menggunakan buku Flora :
·  Gulma Chloris barbata
Famili
1(b) Tumbu-tumbuhan dengan bunga sejati, sedikit-dikitnya dengan benang sari dan (atau) putik. Tumbuh-tumbuhan berbungan …………………………2
2(b) Tiada  alat pembelit. Tumbuh-tumbuhan dapat juga  memanjat atau membelit (dengan batang, poros daun atau tangkai daun)...........................3
3(b) Daun  tidak berbentuk jarum ataupun tidak terdapat dalam berkas tersebut di atas bangsa rumput atau menyerupainya. Daun mempunyai tulang daun sejajar atau melengkung, tak berduri, dengan pangkal berpelepah. Bunga-bunga merupakan bulir, terdapat diketiak sekam (sisik tipis)…………………………………………………………………………………..5
5(a) Batang  bulat atau kadang-kadang sedikit pipih. Ibu tangkai karangan bunga kebanyakkan berbuku. Lidah atau karangan rambut pada batas antara pelepah dengan helaian daun kerap kali kelihatan jelas. Ujung sekam kadang-kadang berjarum. Sekam tidak pernah tersusun spiral.
………………………..………………………………………..(Famili Gramineae)
Genus
1(b) Keterangan bunga lain………………………………………….…………..2
2(a) Anak bulir duduk atau dengan tangkai yang sangat pendek dan tidak bercabang, terkumpul menjadi bulir atau tandan berbentuk bulir. Ini berdiri sendiri atau terkumpul keseluruhannya menjadi bentuk payung, tandan atau malai (rumput bulir)……………………………………………………..………….3
3(b)Karangan bunga lain…………………………………………………………..4
4(b) Bulir menyatu dan bercabang………………..……………………………..5
5(b) Tanaman  lain…………………………………………………………………6
6(b) Bulir tidak demikian penempatannya……………….………………………9
9(b) Bulir tidak berpegangan satu terhadap yang lain. Anak bulir tersusun pada poros bulir secara lain……………………………………………………10
10(b) Anak bulir tidak berjarum (paling banter lancip)………………………..11
11(b) Bulir pada ujung batang terkumpul menjadi berbentuk payung. Helaian daun berbentuk garis. …………………………………………(Genus Chloris)
Spesies
 Rumput berumur cukup panjang, berumpun kuat, akhirnya membentuk rumpun yang sangat besar, dengan batang yang merayap di pangkal dan mengeluarkan akar; tinggi 0,2-0,8 m. Batang tertekan, keseluruhannya boleh dikatakan terisi teras. Pelepah daun yang bawah bertunas. Lidah pendek. Helaian daun berbentuk garis, bertepi kasar, di atas kasar, menyolok hijau biru, 10-45 kali 0,4-1 cm. Bulir 4-28, terkumpul, berdiri menyerong, panjang 2-10 cm. Anak bulir tertancap terpisah, menghadap satu sisi, boleh dikatakan duduk, bulat telur terbalik sampai berbentuk baji, panjang 1k 2,5 mm, dengan 3-4 jarum  ungu. Sekam terlipat rangkap-berlunas, berambut, agak keunguan. 2 sekam terbawah setelah rontok tetap tinggal. Benang sari 3, kepala sari putih. Tangkai putik 2; kepala putik muncul dari samping dari anak bulir, ungu. Di sepanjang pantai yang kering, cerah. Rumput kembang kembang goyang, ind, kilen, J, Suket cakar J. (Chloris barbata)
·  Gulma Eleusine indica
Famili
(1b) Tumbuh-tumbuhan dengan bunga sejati, sedikit-dikitnya dengan benang sari (atau) putik. Tumbuh-tumbuhan berbunga………………………………….2
(2b) Tidak ada alat pembelit. Tumbuh-tumbuhan dapat juga memanjat atau membelit (dengan batang, poros daun atau tangkai daun)……………………3
(3b) Daun tidak berbentuk jarum ataupun tidak terdapat dalam berkas tersebut di atas……………………………………………………………………...4
(4a) Bangsa rumput atau yang menyerupainya. Daun mempunyai tulang daun sejajar atau melengkung, tak berduri, dengan pangkal berpelepah. Bunga-bunga merupakan bulir, terdapat di ketiak sekam (sisik tipis)………...5
(5a) Batang bulat  atau kadang-kadang sedikit pipih. Ibu tangkai karangan bunga kebanyakan berbuku. Lidah atau karangan rambut pada batas antara pelepah dengan helaian daun kerap kali kelihatan jelas. Ujung sekam kadang-kadang berjarum. Sekam tidak pernah tersusun spiral…(Gramineae)
Genus
(1b) Karangan bunga lain…………………………………………….……………2
(2a) Anak bulir duduk atau dengan tangkai yang sangat pendek dan tidak bercabang, terkumpul menjadi bulir atau tanda berbentuk bulir. Ini berdiri sendiri atau terkumpul keseluruhannya menjadi bentuk payung, tandan atau malai (rumput bulir)…………………………………………………………………3
(3b) Karangan bunga lain………………………………………………………….4
(4b) Bulir menyatuh dan bercabang………………………………………………5
(5b) Tanaman lain…………………………………………………………………..6
(6b) Bulir tidak demikian penempatannya……………………………………….9
(9b) Bulir tidak berpegangan satu terhadap yang lain………………………...10
(10b) Anak bulir tersusun pada poros bulir secara lain. Anak bulir tidak berjarum (paling banter lancip)…………………………………………………..12
(12b) Tangkai karangan  bunga berdiri sendiri………………………………...13
(13b) Anak bulir terkumpul berjejal pada sisinya………………………………15
(15b) Ujung poros bulir tidak diperpanjang menjadi lancip………………...…16
(16a) Rumput ulet dan kasar. Pelepah daun tidak berambut panjang, yang ada hanya pada mulut berambut panjang pada tonjolan. Bulir kerapkali tertancap pada ketinggian yang tidak sama………………………….(Eleusine)
Spesies
Rumput berumur pendek, kerapkali berumpun kuat, kadang-kadang pada buku yang bawah keluar akar; batang kerapkali berbentuk cekungan yang berbentang; tinggi 0,1-0,9 m. Batang menempel sekali, bergaris, kerap bercabang. Daun dalam 2 baris. Pelepah daun menempel kuat berlunas. Lidah seperti selaput, pendek.
Helaian bentuk panjang, 12-40 kali 0,4-1 cm. Bulir terkumpul 2-12, satu sisi. Bulir bersayap dan berlunas, panjnag 2,5-17 cm. Anak bulir berdiri sendiri, berseling kiri kanan lunas, duduk, rapat menutup secara genting, menempel rapat, panjang 4-7 mm. Sekam tertekan rapat berlunas dua yang tebawah tetap tinggal lama. Benang sari 3; kepala sari pendek. Tangkai putik 2; kepala putik sempit, ungu. Di tempat cari matahari, kerapkali di tanah keras karena terinjak; 1-2.000 m. Rumput belulang, Ind, Jukut japang, S, Jukut carulang, S, Godong ula, Rebba manggabuk, Md. (Eleusine indica)





















BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
*        Identifikasi gulma dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya yaitu dengan mengamati sifat-sifat vegetatif dan generatif dari gulma dan kemudian diidentifikasi dengan menggunakan buku identifikasi gulma.
*        Untuk mengidentifikasi gulma kita terlebih dahulu harus memahami dan mengamati sifat-sifat vegetatif maupun generatif dari gulma tersebut. Sifat vegetatif terdiri dari akar, batang, daun, serta modifikasi dari akar, batang dan daun, sedangkan sifat generatif terdiri dari bunga, buah dan biji.




















DAFTAR PUSTAKA

Barus, Emanuel. 2003. Pengendalian Gulma Di Perkebunan. Kanisius, Yogyakarta.